Lebaran merupakan momen paling dinanti umat Islam di seluruh dunia. Sanak saudara akan berkumpul untuk bersilaturahmi. Aura bahagia tersebar. Namun, bagaimana dengan Anda yang harus tinggal jauh dari keluarga? Di luar negeri misalnya. Sudah pasti akan ada rasa rindu terhadap tradisi Tanah Air ketika Lebaran.
Untuk mengobatinya, mungkin Anda dapat berkumpul bersama orang-orang setanah air di negara perantauan, merayakan Lebaran bersama. Atau mungkin bergabung bersama warga sekitar yang mempunyai tradisi berbeda dari Tanah Air.
Berikut ulasan singkat mengenai tradisi Lebaran di lima negara yang bisa membantu mengobati kangen dengan kebiasaan di Tanah Air.
vid.alarabiya.net
Jika di Indonesia Lebaran identik dengan mudik maupun takbir keliling, maka di negeri yang menjadi pusat peradaban Islam, Lebaran dimeriahkan hanya dengan gema takbir di setiap penjuru. Tidak akan ada keramaian bedug. Apalagi orang-orang memenuhi jalanan hanya ingin pulang kampung.
Selepas salat Id di masjid pun, orang-orang akan kembali ke rumah, berkumpul bersama keluarga menikmati hidangan khas Lebaran, yaitu nasi daging domba, kurma, maupun Debyaza. Uniknya, meski tidak ada perayaan, Anda akan menemukan hiasan khas Lebaran di setiap rumah di Arab Saudi. Warga pun lebih suka menghabiskan libur Lebaran untuk menikmati pertunjukan seni seperti teater, membaca puisi, maupun parade musik serta tarian.
imicicilalang.files.wordpress.com
Lebaran di Turki hampir tidak berbeda jauh dengan Tanah Air. Adanya tradisi sungkem dari yang muda ke orang yang lebih tua—baik mencium tangan maupun bersujud. Namun, yang membedakan adalah ucapan salam setiap kali mengunjungi tetangga maupun kerabat untuk meminta maaf. Warga Turki akan mengucapkan “Bayraminiz Kutlu Olsun, Mutlu Bayramlar, atau Bayraminiz Mubarek Olsun” yang artinya selamat Hari Raya Bayram.
Keunikan lain dalam perayaan Lebaran di Turki ada pada saat salat Id. Hanya laki-laki yang melakukan jamaah di masjid, sedangkan perempuan salat sendiri di rumah. Kemudian, anak-anak akan silaturahmi ke tetangga dan membawa pulang permen, cokelat, maupun uang.
cdn.newsapi.com.au
Menjadi minoritas tentu tidak mudah. Akan banyak kendala yang harus dihadapi. Namun, bagi warga Muslim di Australia, keadaan minoritas seakan tidak menjadi masalah. Pasalnya, pemerintah memberikan kebebasan untuk merayakan momen Lebaran bersama kerabat dan saudara terdekat. Bahkan, perusahaan akan memberikan hari libur pada karyawan yang beragama Islam.
Sungguh perbedaan yang membawa persatuan, bukan? Apalagi ada festival kultur setiap kali Hari Raya Idul Fitri datang. Festival yang diikuti semua kalangan, tidak peduli beragama Islam maupun non-Islam.
Flickr
Jika negara lain masih mengumandangkan takbir pada malam Lebaran, maka di Maroko, Anda tidak akan mendengarnya. Keadaan malam Lebaran tidak berbeda jauh dengan malam-malam sebelumnya. Anda tidak akan menemui keramaian bedug, takbir keliling, maupun acara pulang kampung. Hanya ada para wanita yang sibuk berbelanja menyiapkan keperluan Hari Raya.
Hal tersebut dikarenakan Maroko menganggap Hari Raya Idul Fitri sebagai hari raya kecil. Sementara Hari Raya besar ada pada waktu Idul Adha. Maka tidak heran jika warga Maroko akan berebut untuk dapat berkurban di waktu hari raya tersebut.
vibeghana.com
Bila Anda ingin melihat keindahan perbedaan agama yang dapat hidup berdampingan, maka bisa pergi ke Nigeria sewaktu momen Lebaran tiba. Meski bukan menjadi agama mayoritas, tetapi pemerintah menghargai warga Muslim yang tinggal di sana. Bahkan, Hari Raya Idul Fitri menjadi libur nasional.
Ketika Lebaran tiba, warga Kristen akan ikut memeriahkan. Mereka mengucapkan salam ‘Barka Da Sallah’, yang artinya salam sejahtera di Hari Raya dalam bahasa Hausa. Acara silaturahmi dalam dua agama yang berbeda itu pun terjadi dan saling memaafkan.
Indah bukan keberagaman tradisi Lebaran di berbagai negara? Jadi, jangan takut sekalipun harus berjauhan dari keluarga sewaktu Lebaran.
(bah)